Disaat kondisinya semakin parah, bung Karno menolak untuk dirawat di rumah sakit, tetapi atas bujukan istrinya Hartini bung Karno pun bersedia dibawa ke RSPAD. Tak lama setelah menjalani perawatan di RSPAD Presiden Soekarno meninggal dunia.
Soekarno sempat mewasiatkan dalam otobiografinya yang ditulis Cindy adams dalam buku 'Bung Karno Penyamung Lidah Rakyat Indonesia' bahwa belia ingin dimkakamkan di bawah pohon rindang, dikelilingi alam yang indah dan disampingnya ada sungai.
Dia mengatakan ingin beristirahat diantara bukit yang berombak-ombak dan ditengah ketenangan dan Teakhir dia mnegatakan ingin disemayamkan di daerah priangan yang sejuk, bergunung-gunung dan subur, dimana dia bertemu dengan seorang petani Marhaen.
Namun, ketika itu Suharto yang menjabat sebagai Presiden mengerti bahwa pemakaman Presiden Soekarno adalah permasalahan politik yang cukup pelik, sehingga pemakaman bung Karno ditentukan oleh para elit politik bukan oleh pihak keluarga.
Suharto mengundang para pemimpin partai dan beberapa tokoh masyarakat dan diputuskanlah pemakaman Presiden Soekarno di Blitar, di samping makam ibunya pada 22 Juni 1970 berdasarkan keputusan presiden No. 44 tahun 1970 tertanggal 21 Juni 1970.***