Yaitu, orang tua cenderung menggunakan konsekuensi atau hukuman. Hukuman biasanya memicu lebih banyak perilaku negatif —dan dapat membahayakan harga diri anak dan hubungan orang tua-anak.
Konsekuensinya, bagaimanapun, mengubah disiplin menjadi kesempatan belajar dan membantu anak-anak memahami apa yang mereka lakukan salah.
Pelajari lebih lanjut tentang praktik disiplin yang benar-benar akan berfungsi untuk mengekang pelanggaran di masa depan.
Perbedaan Konsekuensi vs. Hukuman dalam pola asuh atau parenting
Sementara konsekuensi dan hukuman bertujuan untuk membentuk dan mengelola perilaku anak-anak, ada perbedaan besar dalam bagaimana mereka memengaruhi anak-anak, kata Dr. Fulton. Hukuman adalah tentang membuat anak-anak menderita atau merasa malu atas kesalahan mereka. Mereka mungkin dimaksudkan untuk membuat anak-anak merasa buruk .
Sementara konsekuensi mungkin melibatkan beberapa ketidaknyamanan, tujuannya adalah agar anak menghubungkan perilaku mereka dengan hasil tindakan mereka untuk mendapatkan motivasi yang dibutuhkan untuk membuat pilihan yang berbeda di lain waktu.
Contoh Hukuman dalam pola asuh anak atau parenting
Hukuman tidak selalu terkait dengan perilaku anak dan mungkin termasuk membentak, mengkritik, mempermalukan, mengancam, mengambil hak istimewa, atau menyakiti fisik (juga disebut hukuman fisik atau pukulan).
Baca Juga: Parenting,jenis Pola Asuh Anak Dan Remaja Yang Baik dan Wajib Diketahui
Misalnya, jika anak berusia 5 tahun tidak mengambil mainannya saat diminta, orang tuanya mungkin akan memukulnya. Rasa sakit fisik dimaksudkan untuk menjadi pengingat bagi anak untuk tidak melakukan perilaku tersebut lagi. Namun, penelitian menunjukkan bahwa sebaliknya, anak mungkin hanya merasa takut, marah, atau dendam karena dipukul.