Jalur Rempah, Warisan Nusantara yang Mendunia

- 14 Juni 2022, 16:37 WIB
Peta jalur rempah
Peta jalur rempah /Tangkapan layar akun instagram/@budayasaya./

JABABEKA NEWS - Nusantara adalah rumah besar keanekaragaman hayati dunia. Sekitar 11 persen jenis tumbuhan dunia ada di hutan tropis Nusantara.

Jumlahnya lebih dari 30.000 spesies, yang sebagian di antaranya dipergunakan dan dikenal sebagai rempah. Karena itu tidak dapat dinafikan lagi bahwa Nusantara adalah Ibu Rempah.

Berbagai jenis rempah yang ada di Nusantara menjadi komoditas rempah dunia, seperti cengkih, pala, dan cendana pada masa jaya nya bernilai lebih mahal daripada emas.

Bahkan Pulau Run di Maluku yang kaya akan rempah pala pernah ditukar dengan Pulau Manhattan, yang saat ini dikenal sebagai New York.

Sejarah mencatat, rempah bukan sekadar komoditi, namun membawa nilai (value) dan gaya hidup (lifestyle) untuk peradaban global. Begitu pentingnya rempah-rempah dalam kehidupan manusia sehingga ia menjadi penghela perkembangan ekonomi, sosial budaya, dan politik dalam skala lokal dan global.

Banyak orang yang mempertaruhkan nyawanya demi memasarkan dan mendapatkan rempah dari Nusantara, para juru masak meramunya agar masakan menjadi lezat dan enak dinikmati, para raja mengirim ekspedisi untuk mendapatkannya. diplomasi demi diplomasi dirajut hubungan antarmanusia menjadi global dan sejarah peradaban manusia dibangun.

Baca Juga: Sejarah Hantu Asli di Nusantara Khususnya Jawa Kuno Berdasarkan Penelusuran Sejarah

Jalur Rempah adalah rute nenek moyang kita menjalin hubungan antarpulau, suku, bangsa, dengan membawa rempah sebagai nilai untuk membangun persahabatan yang membentuk asimilasi budaya dan diplomasi di setiap pesinggahan.

Jalur inilah yang akhirnya menghubungkan Nusantara dan dunia. Datangnya penutur bahasa Austronesia ke Nusantara sekitar 4.500 tahun lalu dengan perahu menjadi awal pertukaran rempah dan komoditas lain antarpulau di Indonesia Timur.

Budaya mereka inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya budaya bahari yang melayarkan rempah hingga ke Asia Selatan sampai Afrika Timur. 

Jejak kayu gaharu ditemukan di India. Cengkih dan kayu manis dari Indonesia timur sudah ada di Mesir dan Laut Merah. Nenek moyang kita juga membawa rempah ke Asia Tenggara.

Sejak awal Masehi, Jalur Rempah telah menghubungkan India dan Tiongkok. Tercatat, sudah ada pelaut Jawa yang mendarat di Tiongkok pada abad ke-2 Masehi.

Kerajaan besar Sriwijaya, Mataram Hindu, Singasari, dan Majapahit menjadikan perdagangan rempah sebagai jalur interaksi utama yang menghubungkan Nusantara dengan Asia Tenggara, Tiongkok, Asia Selatan, Asia Barat, hingga ke Afrika Timur. 

Karena itu tak dapat dipungkiri, bahwa jauh sebelum bangsa Eropa melakukan aktivitas perdagangan di Asia Tenggara, para pedagang Nusantara telah turut aktif dalam jaringan perdagangan dunia.

Rempah Nusantara dan Asia telah terkenal di Eropa jauh sebelum mereka dikenal di kawasan Nusantara dan Asia. Posisi strategis yang menghubungkan Samudra Hindia dan Laut Tiongkok Selatan, menghubungkan Asia Timur dengan Asia Barat hingga Timur Tengah, Afrika dan Eropa menjadikan Nusantara sebagai hub penghubung jaringan perdagangan dunia.

Perdagangan rempah di Nusantara meninggalkan jejak peradaban berupa peninggalan situs sejarah, ritus budaya, hingga melahirkan beragam produk budaya yang terinspirasi dari alam Nusantara yang kaya.

Nampak sekali, di masa lalu orang-orang dari berbagai bangsa berbondong-bondong ke Nusantara tidak semata untuk berdagang, tetapi lebih pada untuk membangun peradaban.

Poros perdagangan rempah-rempah global Asia, India–Nusantara–Tiongkok, melalui perairan Hindia hingga Pasifik juga meninggalkan jejak peradaban yang signifikan. Terletak di sepanjang jalur maritim tersibuk di dunia, Nusantara dari masa ke masa telah menjadi daerah strategis yang amat penting dan tujuan perdagangan selama ribuan tahun. 

Jalur Rempah menyebabkan berkembangnya beragam pengetahuan dan kebudayaan yang bukan saja menjadi warisan bagi Indonesia, namun juga merupakan warisan bagi dunia. 

Berkat rempah, Nusantara menjadi tempat bertemunya manusia dari berbagai belahan dunia dan menjadi wilayah persemaian dan silang budaya yang mempertemukan berbagai ide, gagasan, konsep, ilmu pengetahuan, agama, bahasa, estetika, hingga adat kebiasaan.

Baca Juga: Kalahkan Ganda Putra China Dua Set Tanpa Ampun, Fajar dan Rian Juara Daihatsu Indonesia Master 2022

Jalur perdagangan rempah-rempah melalui laut inilah yang menjadi sarana bagi pertukaran antarbudaya yang berkontribusi penting dalam membentuk peradaban dunia.

Sejarah Jalur Rempah dari masa ke masa merupakan contoh nyata bahwa diplomasi budaya telah dipraktikkan di segala lini oleh individu, komunitas masyarakat, hingga tingkatan negara-bangsa.

Dilansir dari Laman resmi Kemendikbud oleh Jababeka.news bahwa dengan belajar dari dinamika Jalur Rempah di masa lalu, kiranya sangat relevan bila Jalur Rempah menjadi rujukan dalam mencari warna diplomasi Indonesia yang mengedepankan interaksi dan kehangatan dialog di berbagai bidang dan lapisan masyarakat.

Jalur Rempah dapat menjadi pijakan dalam melihat kembali berbagai kemungkinan kerja sama antarbangsa untuk mewujudkan persaudaraan dan perdamaian global yang mengutamakan pemahaman antarbudaya, penghormatan dan pengakuan atas keberagaman tradisi beserta warisannya, memiliki semangat keadilan, kesetaraan dan saling berkontribusi, serta menjunjung tinggi harkat martabat kemanusiaan.***

Editor: Gilang Mustika Muslim

Sumber: KEMENDIKBUD


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah