Ini Tiga Metode Penentuan Awal Bulan Hijriyah, Umat Muslim Wajib Tahu

- 31 Maret 2022, 01:56 WIB
 Ilustrasi Rukyatul Hilal.
Ilustrasi Rukyatul Hilal. /- @thirdman

JABABEKA NEWS - Perubahan dari penampakan bulan menjadi acuan dalam penanggalan kalender Hijriyah. Penampakan hilal atau bulan sabit yang paling tipis menjadi tanda bulan baru telah masuk. Dalam praktiknya, kerap terjadi perbedaan awal bulan terutama Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah. Hal tersebut disebabkan perbedaan kriteria teknik pelaksanaan metodenya. Berikut tiga metode penentuan awal bulan hijriyah.

Apa Itu Rukyatul Hilal ?

Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal saat matahari terbenam pada tanggal 29 bulan Kamariah. Dengan kata lain, rukyat hanya dilakukan manakala telah terjadi konjungsi bulan-matahari dan pada saat matahari terbenam, hilal telah berada di atas ufuk dan dalam posisi dapat terlihat. Jika pada tanggal tersebut hilal tidak terlihat, entah faktor cuaca atau memang hilal belum tampak, maka bulan kamariah digenapkan jadi 30 hari. Metode ini biasanya dilakukan menjelang hari-hari besar umat Islam seperti awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah.

Baca Juga: 20 Orang Didenda Polisi Inggris Atas Skandal Politik Partygate


Akan tetapi, kekurangan rukyat ini ialah umat Islam tidak mungkin bisa membuat kalender. Metode ini tidak dapat meramal tanggal jauh ke depan, karena tanggal baru bisa diketahui pada h-1 atau hari ke-29 (bahkan tidak jelas bagaimana kita tahu kapan tanggal 29 itu). Selain itu, jangkauan rukyat sangat terbatas sehingga memaksa umat Islam untuk berbeda memulai awal bulan kamariah termasuk bulan-bulan ibadah, bahkan menyisakan problem dalam pelaksanaan puasa Arafah

Apa Itu Imkan Rukyat?

Imkan rukyat merupakan bagian dari metode hisab hakiki yaitu perhitungan astronomis terhadap posisi Bulan pada sore hari konjungsi (ijtimak). Dalam metode ini, penanggalan berbasis peredaran bulan disebut memasuki perhitungan baru bila pada sore hari ke-29 bulan kamariah berjalan saat matahari terbenam, Bulan berada di atas ufuk dengan ketinggian sedemikian rupa yang memungkinkannya untuk dapat dilihat.

Kelemahan dalam metode ini ialah para ahli tidak sepakat dalam menentukan berapa ketinggian Bulan di atas ufuk untuk dapat dilihat. Kriteria yang baru dari Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) menetapkan sudut ketinggian bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 3 derajat. Sementara di negara lain seperti Mesir sudut ketinggian hilal minimal 4 derajat, di komunitas Muslim Amerika minimal 15 derajat. Kriteria-kriteria ini hanya didasarkan pada kesepakatan belaka bukan alasan astronomis.

Baca Juga: Download Video FB HD Private Story Tanpa Aplikasi Atau APK Resolusi Tinggi

Apa itu Wujudul Hilal?

Halaman:

Editor: Rismawan

Sumber: Muhammadiyah.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x